Selasa, 12 Desember 2023

Hmm

Bahkan ketika semua manusia sedang asyik melahap binarnya dunia, mataku hanya berbinar menggetar menatapmu.

Sebab aku takut melukai sisi terpuitismu, dengan diksi-diksi yang 24 malam kupikirkan untuk menyentuh telingamu. 

Sambil berpikir, dengan majas macam apalagi harus aku tuliskan keindahanmu, agar Tuhan tidak cemburu? 

Jumat, 25 Agustus 2023

Sudah kah?

Rindu yang kutitipkan melalui teman

Rindu yang kutinggalkan di teras halaman

Rindu yang kulayangkan ke atas awan

Rindu yang kutambatkan di gerbong kanan

Rindu yang kuletakan di sisi jalan

Rindu yang kuratapi dengan isakan

Rindu yang kulirikkan dalam lantunan

Rindu yang kusembunyikan dalam tulisan

Rindu yang kusiratkan dalam candaan

Sudah kah kau temukan? 

Rabu, 23 Agustus 2023

Hai, Tuan.

Wahai Tuan yang lebat alisnya.

Ada apa dengan petangmu?
Semesta membuatmu terjatuh?
Kerjaanmu semakin beranak pinak?
Atau lebih pahitnya kau menemukan luka lamamu di balik mata seseorang?

Sebab, sapamu dengan udara di pagi ini senasib;

Dingin dan sementara.

Sebenar adanya, kerap kali terbesit doa agar aku bisa mengulang hidup. Supaya bisa hadir menjadi kamarmu, tempat kamu melepas lelah hari-harimu.

Atau mungkin jadi gawai yang hampir 24 jam kau tatap dan tak kau biarkan jatuh. Setidaknya, membuatmu tidak merasa hampa ketika manusia hilir mudik acuh terhadapmu.

Atau aku ingin menjadi selimutmu! Tentu yang tak absen membuatmu hangat ketika dinginnya kata-kata orang lain menusuk tulangmu, atau saat kau jatuh sakit, entah karena cinta atau karena rindu, atau memang penyakit. Aku ingin membantumu sembuh.

Atau menjadi sepeda motormu juga tak apa. Mengarungi jalan, pemandangan, angin, dan terkadang menatap senja bersama-sama.

Aku, sungguh aku, ingin menjelma menjadi apa saja yang tak luput dari mata dan genggamanmu, atau kalau boleh sedikit melunjak, menjadi seseorang yang bisa berada di sampingmu. Hingga akhir.

Jumat, 18 Agustus 2023

Gadis Dalam Kaca

Aku : Aku menghampirinya, menatapnya sedikit lebih lama dari biasanya. Dia temanku, teman lamaku, teman karibku. Kadang aku merasa dia dapat merasakan apa yang aku rasa. Setelah sekian lama, aku ingin berbagi dengannya.

Aku : Kulihat hari ini dia menghampiriku, lebih lama dari hari-hari yang lalu. Dia lebih lama menatapku, nanar, entah apa yang ingin dia sampaikan. Aku menunggu.

Aku : Lihat, dia tepat di hadapanku, tersenyum seperti biasa, aku tau dia terluka, aku merasakan sakit dalam diamnya, tapi dia tetap tersenyum begitu saja, dan untuk pertama.. aku benci melihat senyumnya.

Aku : Aku masih menunggunya untuk bicara, dia tampak lelah, tampak ingin menyerah, aku hanya bisa tersenyum berusaha menguatkannya, aku ingin menghilangkan beban di hatinya, namun dia tampak tak peduli. 

Aku : Ku katakan padanya untuk menyerah, ku bilang kalau segala hal yang dia mampu lakukan terkadang tak perlu dan tak selalu berakhir manis. Aku ingin dia berhenti tersenyum, aku ingin dia berhenti berpura-pura layaknya bahagia atas setiap lukanya.

Aku : Dia bilang padaku untuk menyerah, dia bilang tak semua semuanya berakhir manis, apakah kebanyakan memang pahit? Dia bilang benci jika aku tersenyum untuk lukaku, tak taukah dia? Atas semua senyum yang kulakukan hanya agar dia dapat bertahan.

Aku : Dia mencoba mengangguk mengiyakan, entah apa yang dia pikirkan, selama ini dia hanya diam, sebanyak apapun kalimat yang aku sampaikan dia tetap diam tanpa ada perlawanan, pun kali ini. Aku ragu, padanya, padaku.

Aku : Mengangguk mengiyakan adalah jalan pintas, apapun yang dia lakukan aku hanya bisa mendukung dan menguatkan, membuatnya bertahan. Aku tau yang dia rasakan, dia menangis dan air mataku juga menetes. Aku harus apa untuk menghilangkan ragunya?

Aku : Aku malah menangis entah kenapa, ingin sekali aku memeluknya, tapi apa daya, menyentuhpun tangan ini tak berdaya. Bahkan hanya sekedar untuk menggenggam tangannya. Dia tersedu tanpa suara, dan aku bisa apa?

Sebab dia gadis dalam kaca.

Aku : Aku turut menangis mengikuti isaknya yang nyaris tak bersuara, dia tampak rapuh, aku harus bagaimana? Seseorang diluar sana, bisa tolong peluk dia?



Kamis, 10 Agustus 2023

Garis Interaksi

Adi        : "Merah kan nggak tau ya kalau dia bakal jadi ungu kalau ketemu biru."

Fika       : "Hah, gimana?"

Adi        : "Iya, merah ketemu biru, jadi ungu. Mereka kan nggak punya kendali."

Fika       : (senyum memahami) "Aku suka merah.."

Adi        : "Aku, suka biru.."

Fika & Adi  : (mengucap bersamaan) "Tapi aku gak suka ungu.."  




Minggu, 23 Juli 2023

Asmaraloka

Tatkala rasa mulai menyapa

Mengakar jadi renjana
Tatkala harsa menjeremba
Merengkuh daksa
Ke dekap jiwa


Bak serayu yang jadi dersik
Cinta pecahkan sunyi semesta
Bak bisik yang jadi berisik
Rindu ramaikan sepinya sukma

Kuncup memekar
Pelangi berbinar
Bisakah


Qadha dari Sang Pencipta
Menghembus ijab segala doa
Hingga pada waktunya
Iktikad mengukir akad

Selasa, 18 Juli 2023

Tinggal

Pada Bahasa Indonesia, kata "tinggal" dapat memiliki dua makna. 

Pertama, ia bisa berarti menetap (pada suatu tempat/sesuatu). Sebagai contoh : 

Aku tinggal disini, aku tinggal bersamamu, kita tinggal bersama. 

Kalimat yang indah dan menenangkan bukan? Tapi, kata tinggal tersebut sekejap bisa menjadi sebuah mimpi buruk, bumi gonjang-ganjing, atau simalakama, jika digunakan dengan imbuhan. Entah itu ditambahkan dengan me- , di- , atau ter - .

meninggalkan, ditinggalkan, tertinggal. 

Ketika kata ini muncul, hal yang kita sebut luka, nelangsa, dan juga penyesalan bisa saja mengikuti. Pada akhirnya, kata "tinggal" mungkin menanggung cinta dan beban sebuah kesedihan. 

Jadi, kira-kira, ketika saya bersama anda, saya akan mendapatkan kata yang mana?

Apakah berakhir dengan atau tanpa imbuhan?


- Hzr.

Kamis, 13 Juli 2023

Khawatirnya Perempuan

    Khawatirnya perempuan itu seperti buih di laut. Seolah tidak ada habisnya. Sesuatu yang kalau ia perbincangkan dengan laki-laki mungkin akan ditanggapi; "yaudahlah santai". Dan itu membuatnya semakin jengkel, juga bertambah khawatir.

Selain seperti buih, tumbuh pula seperti ombak, bergulung-gulung. Siang-malam tak pernah berhenti sepanjang angin terus mengalir. Seperti itulah sebab-sebab khawatirnya. Tidak kelihatan, tapi dirasakan terus menerus.

Mungkin khawatir tentang fisiknya seperti kulit putih, rambut lebat nan panjang, tinggi rendahnya badan, cantik tidaknya paras, alis yang berbaris, dan segala sesuatu yang seringkali diam-diam membuat dirinya terdiam di depan cermin. Ya, mungkin khawatir tentang apa yang dipikirkan orang lain tentangnya.

Ketika masih belia, khawatir dengan pertemanan, masuk ke dunia berikutnya khawatir tentang pekerjaan dan karir, ke usia yang lebih matang khawatir tentang jodoh, ditambah khawatir pasangannya kelak tidak setia, dan lain-lain. 

Ada saja yang memenuhi ruang-ruang di pikirannya. Ada saja hal-hal yang membuatnya sakit kepala tiba-tiba karena ulahnya sendiri.

Tapi ketika ia menemukan seseorang yang mampu meniadakan kekhawatirnya, membuatnya percaya bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja. Dengan senang hati, ia akan mencurahkan segala daya dan pikirannya untuk orang itu. Sekalipun mungkin itu menyakiti dirinya. 
hmm tapi saya ralat deh, semoga tidak ada yang tersakiti.

Kadang, saya merasa percaya bahwa kemampuannya melihat sesuatu dari sisi negatif (hal yang buruk) membuat perempuan jauh lebih jeli dan hati-hati daripada laki-laki, yang (kadang) terburu-buru, grusah-grusuh, kurang terliti.

Dan kekhawatiranya itu adalah kekuatan yang hebat kala ia berumah tangga. Saat ia sanggup berhitung atas situasi dan membuatnya selalu bersiap dalam kondisi terburuk. Dan kekuatan itulah yang sadar atau tidak, membuatnya menjadi kuat. Pemikiran ini tentunya setelah melihat perempuan yang dengan segala kecerewetan, lemah lembut, dan kepanikanya mengatur sebuah keluarga, Ibu.

Minggu, 09 Juli 2023

Diam

Kau diam

Lalu semua temaram

Gelap

Dalam khilaf 


Bergeraklah sedikit

KAU

Jadi A KU 


Yasudahlah,

Semoga esok

Pagi sampaikan maafku

Pada ia yang selalu menyenangkan 

Dan menyebalkan


Lewat tukang sayur 

Yang selalu lewat

Dan kau lupakan


Lewat gerbang dengan 3 satpam

Yang kau lewatkan

Dan kau lupakan


Maafkan aku hari ini dan esok hari

Minggu, 02 Juli 2023

Tolong Catat

Pada hati yang baru, berhati-hatilah dengan hati.

Sebab kelak, aku ada bukan untuk menyempurnakan.

Mungkin, untuk menarik napas panjang menghadapi keras kepalamu, untuk melihat ke dalam binar matamu, lalu mengangkat satu alisku, ketika kamu mulai ragu terhadap sesuatu.

Mungkin untuk melihatmu tajam dari sudut mata, ketika leluconmu mulai salah tempat.

Mungkin juga untuk menepuk pundak dan pipimu, mengangkat wajahmu yang mulai menampakkan lelah dan putus asa, kemudian berlagak hebat dengan mengatakan, “semua akan baik-baik saja kok!”

Jadi, tolong terima, keberadaanku bukan untuk menyempurnakanmu. Silakan kecewa. Tapi rasanya tidak perlu aku katakan, bahwa kamu, dan segala yang ada di sana (di dirimu), sudah merupakan takaran yang paling pas untuk dihadapi dengan kekuatan yang aku miliki.

Karena hanya dengan begitu, siapa lagi yang akan bahagia, kecuali kamu,
dan aku.

Ingat, pada cinta yang baru, mencintailah dengan lebih baik.




- Hzr.

Jumat, 30 Juni 2023

Dari Dialog Terakhir

Segala awal yang tercipta dan mengukuhkan diri untuk dimilikimu perlahan berjingkat dan memutuskan pergi. Hutan, hujan, awan, langit, singkong. Padahal cintaku jauh lebih abadi dibanding mati.


Kau memilih pulang jauh meninggalkan takdir sebagai sesuatu yang tak bermakna. Di mana sebenarnya cintamu Nawang Wulan? kuingat percakapan terakhir kita hanya berbalasan cinta, tapi apa?

Aku menanggalkan cita, kita, jadi ketiadaan yang sempurna.


Cinta bagimu semata kata, aku tak mau percaya khayangan menganggapmu makhluknya. Pembual.


Sekelebat—Aku tahu semua akan berakhir seperti ini, sungguh, aku meramalkannya sejak kulupa di mana kutaruh selendangmu.


Dengar pertanyaanku, Apa yang lebih kau cari di khayangan ketimbang hidupmu yang lebih nyata di sini? Bagi kami khayangan itu fana, hanya semata imaji liar yang tak pernah ada.


Dengarlah tangis yang datang dari Nawang Asih, kelak ia akan bicara dan bertanya kemana ibunya, lantas kujawab apa? Ibunya di surga?


Wulan, hari ini tubuhku hidup, aku bernapas dan bicara menuntut Tuhan. Coba pernah kau tengok isi jiwaku? jantung dan bagian lain paru-paruku? Mereka biru, berdegup tanpa alasan dan menghirup kekosongan.


Kisah kita akan berulangkali didengar sebagai kisah cinta yang menghancurkan jiwa, yang akan selalu dikisahkan bahwa kita mencintai orang yang meninggalkan kita dan meninggalkan orang yang mencintai kita.



- R, Terisnpirasi oleh naskah "Percakapan Terakhir Jaka Tarub dan Nawang Wulan" karya Ferdi Firdaus.

Kamis, 22 Juni 2023

Tertanda, Calon-Calon Kesedihan

Pagi ini ada sepucuk surat, kurang lebih isinya seperti ini:

“Hei. Aku cuma mau bilang, bagaimanapun kamu tahu aku akan datang kan?

Jangan panik, jangan cemas, sebab hanya satu yang bisa membuat kamu tenang menghadapiku.

Bukan, bukan kuat yang dibuat-buat, atau bahagia yang pura-pura, melainkan penerimaan dan pengertian, bahwa aku ada di hidupmu melainkan untuk semakin mendekatkanmu dengan kepasrahan dan keikhlasan pada apa pun. 

Terlebih pada kehendak Tuhan; bentuk sesungguhnya dari kekuatan.”


Tertanda, 

Calon-calon kesedihan.

Je T'aime

Entah untuk keberapa kalinya, Prancis selalu terbilang identik dengan kata romantis, manis, dan tentu saja puitis. 
Dari seluk beluk paras setiap kotanya sampai rupa setiap monumennya, menjadikan semua momen dipastikan terbalut indah jika berlatar belakang negara hexagon itu. 

Tapi, ada satu hal yang membuatnya lebih menjadi romantis, yaitu bahasanya.

"Je T'aime" adalah sebuah kalimat yang bermakna "I love you" dalam bahasa inggris atau "Aku cinta kamu" dalam bahasa Indonesia.

Lalu apa yang spesial? Bukannya kata cinta memang selalu berakhir romantis?

Coba kita bandingkan dengan sebagian besar bahasa, kita ambil contoh Bahasa Indonesia dan Inggris.

Kata I Love You mempunyai susunan pola Subjek + kata kerja + Subjek/objek

Kata Aku Cinta Kamu juga sama Subjek + kata kerja + Subjek/objek


Sedangkan kalimat “Je T’aime” terdiri dari : Je (Saya) + Tu (Kamu) + Aimer (mencintai)

 

Lihatlah, bahkan disini Cinta pun tidak bisa memisahkan antara Aku dan Kamu. Apakah hal itu tidak terlampau romantis?


- Hzr.