Jumat, 18 Agustus 2023

Gadis Dalam Kaca

Aku : Aku menghampirinya, menatapnya sedikit lebih lama dari biasanya. Dia temanku, teman lamaku, teman karibku. Kadang aku merasa dia dapat merasakan apa yang aku rasa. Setelah sekian lama, aku ingin berbagi dengannya.

Aku : Kulihat hari ini dia menghampiriku, lebih lama dari hari-hari yang lalu. Dia lebih lama menatapku, nanar, entah apa yang ingin dia sampaikan. Aku menunggu.

Aku : Lihat, dia tepat di hadapanku, tersenyum seperti biasa, aku tau dia terluka, aku merasakan sakit dalam diamnya, tapi dia tetap tersenyum begitu saja, dan untuk pertama.. aku benci melihat senyumnya.

Aku : Aku masih menunggunya untuk bicara, dia tampak lelah, tampak ingin menyerah, aku hanya bisa tersenyum berusaha menguatkannya, aku ingin menghilangkan beban di hatinya, namun dia tampak tak peduli. 

Aku : Ku katakan padanya untuk menyerah, ku bilang kalau segala hal yang dia mampu lakukan terkadang tak perlu dan tak selalu berakhir manis. Aku ingin dia berhenti tersenyum, aku ingin dia berhenti berpura-pura layaknya bahagia atas setiap lukanya.

Aku : Dia bilang padaku untuk menyerah, dia bilang tak semua semuanya berakhir manis, apakah kebanyakan memang pahit? Dia bilang benci jika aku tersenyum untuk lukaku, tak taukah dia? Atas semua senyum yang kulakukan hanya agar dia dapat bertahan.

Aku : Dia mencoba mengangguk mengiyakan, entah apa yang dia pikirkan, selama ini dia hanya diam, sebanyak apapun kalimat yang aku sampaikan dia tetap diam tanpa ada perlawanan, pun kali ini. Aku ragu, padanya, padaku.

Aku : Mengangguk mengiyakan adalah jalan pintas, apapun yang dia lakukan aku hanya bisa mendukung dan menguatkan, membuatnya bertahan. Aku tau yang dia rasakan, dia menangis dan air mataku juga menetes. Aku harus apa untuk menghilangkan ragunya?

Aku : Aku malah menangis entah kenapa, ingin sekali aku memeluknya, tapi apa daya, menyentuhpun tangan ini tak berdaya. Bahkan hanya sekedar untuk menggenggam tangannya. Dia tersedu tanpa suara, dan aku bisa apa?

Sebab dia gadis dalam kaca.

Aku : Aku turut menangis mengikuti isaknya yang nyaris tak bersuara, dia tampak rapuh, aku harus bagaimana? Seseorang diluar sana, bisa tolong peluk dia?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar