Jumat, 24 September 2021

Selamat Menempuh Hidup Baru

Malam ini tawa menggaung menangisi kisah-kisah amburadul tanpa judul. 

Dua belas tahun bersama merangkai derai-derai nada dengan luka, suka, di kehidupan yang belaka.

Ternyata masing-masing kita masih rapuh dihadapkan kalimat tanya "Baik-baik saja, kan?".

Lalu disusul ucap “Aku sudah menemukan.” 

Pecahlah bongkahan rasa berkeping-keping menjelma debu memaksa mata berair, namun sapu tetap bersenandung merasa berguna.  


Pada akhirnya setiap kita akan berpisah pada titik awal cerita.

Berjarak adalah hal wajib yang hadir di tengah-tengah cinta maupun kita.

Tentu kali ini beralamatkan "bahagia". 

Nelangsanya, ada doa paling menggebu yang tak henti mengetuk-ngetuk pintu, berharap ini hanyalah mimpi indah yang diharapkan terjadi, tapi kalau tidak, ya tak apa.


Selamat bersuka cita, bersandar, dan berkeluarga, kawan. 


Sabtu, 20 Maret 2021

Hingga Pada Waktunya

Renjana mendobrak kalbu


Bak prajurit menggebu serbu


Bersetai-setai lah tabir sukma


Nada pilu mengulang irama



Walakin tak kunjung bertemu rasa


Daksa mulai berharap binasa


Harap sudah tak menjeremba


Harsa kian mustahil didamba



Haruskah ku kembali mendekap lindap?

Selasa, 23 Februari 2021

Sampai Bertemu Lagi, Lain Kali

Gulita memeluk sebuah relung yang sejatinya terisi suka 


Berapa ratus kali jarum jam pernah berputar mengelilingi kita

Berapa puluh senda gurau yang kita cinta

Saling menuai rasa yang terbata-bata

Namun hanya andai yang menjadi satu-satunya kata



Kini semua rampung dan berkabung

Diam melangut dalam getir

Pada pelik yang mencekik

Menghardik seonggok penyesalan tengik

Andai..... ah, mengapa hanya kembali andai yang hadir



Mungkin inilah dera takdir 

Getar nada mana yang mampu menggoyahkannya? 

Siapa berani memecah sunyi dan lantang menuturkan bisikan sanubari yang hanya terungkap oleh hati?

Biarlah nestapa sunyi terburai berserpih

Membiarkan derita yang cantik terbenam di balik binar matanya

Selasa, 16 Februari 2021

Waktu

Ironi sekali menjadi waktu. Kerap kali merasa Iba juga. 

Bagaimana tidak? Jika terlalu cepat, ia disalahkan. Jika terlalu lama, ia diumpat. Bahkan jika ia biasa-biasa saja pun, tetap didesak oleh beberapa doa seperti 

“ya Tuhan, semoga waktu tidak terlalu cepat berlalu..”

“Semoga hari ini cepat berakhir..”

siklusnya seperti itu-itu saja.


Lalu kira-kira, kemana waktu harus berpijak? 


Padahal waktu adalah sebijak-bijaknya segala sesuatu. Selalu teguh, tidak pernah tergoda untuk bermalas-malasan dan melambat, atau pun tersentak oleh teriakan keluhan jenuh lalu dia jadi terburu-buru cepat. 

Tetap saja waktu akan seperti itu, di sana, di tempo yang sama dan tidak akan pernah sekalipun berubah karena keadaan. 


Hal yang sama seperti perasaan ini. Perasaan saya pada anda. Di sana, tidak pernah berubah, melemah ataupun menggebu-gebu. Ironi yang sama. 


- Hzr.